Disusun oleh:
Mardiana
A.
Latar
Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan alam (IPA) telah melaju dengan pesatnya karena selalu berkaitan
erat dengan perkembangan
teknologi yang memberikan wahana
yang memungkinkan perkembangan tersebut. Perkembangan yang pesat telah menggugah para pendidik untuk dapat merancang dan
melaksanakan pendidikan yang lebih terarah pada penguasaan konsep
IPA, yang dapat menunjang kegiatan sehari-hari
dalam masyarakat.
Oleh karena itu, untuk dapat menyesuaikan
perkembangan tersebut menuntut kreatifitas dan
kualitas sumber daya manusia harus ditingkatkan yang dapat dilakukan melaui jalur pendidikan.
Untuk meningkatkan kualitas
peserta didik melalui pengajaran IPA (biologi),
guru diharapkan tidak hanya memahami disiplin ilmu IPA (biologi), tetapi
hendaknya juga memahami hakikat proses pembelajaran IPA (biologi) yang mencakup
tiga ranah
kemampuan, yaitu kognitif,
afektif dan psikomotor.
Oleh karena itu, pengalaman belajar IPA (Biolog)
harus memberikan pertumbuhan dan perkembangan siswa pada setiap aspek kemampuan tersebut.
Dalam KTSP, kurikulum IPA (Biologi) menyediakan
berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses
pengetahuan alam dan menekankan agar peserta didik menjadi pelajar aktif dan luwes. Hal ini berarti bahwa proses belajar
mengajar IPA(biologi) di SMP tidak
hanya berlandaskan pada teori pembelajaran
perilaku, tetapi lebih menekankan
pada prinsip-prinsip belajar dari teori kognitif.
Pembelajaran IPA (Biologi) di
SMP, penguasaan materi masih sangat rendah atau belum berhasil dengan baik.
Dari sejumlah siswa yang diteliti hanya
50% siswa yang mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah . Maka
dari itu perlu segera mendapat penanganan dan perhatian peulisi. Selain
rendahnya prestasi belajar siswa, setiap siswa tidak punya keberanian untuk
berbicara di depan kelas, maupun bertanya atau menjawab pertanyaan yang diajukan. Sikap tidak percaya
diri siswa dan tidak adanya keberanian untuk berbicara di depan kelas,
Mendorong peneliti untuk mengadakan penelitian
Pola pembelajaran yang dilakukan
selama ini, hanya mengandalkan satu
macam metode yang dianggap sesuai dengan kondisi sekolah yaitu metode ceramah
dan jarang mengunakan metode dan model-model dalam pembelajaran. Sehingga
pembelajaran yang diharapkan belum tercapai dan prestasi belajar secara
maksimal sulit untuk dicapai.
Sesuai dengan faham
konstruktivisme, pengetahuan itu
dibangun sendiri dalam pikiran siswa, pengetahuan tersebut dapat
diperoleh dari pengalaman fisik dan juga dari orang lain melalui transmisi
sosial. Hal ini sesuai dengan pendapat Sanjaya Wina (2005) menyatakan
bahwa pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari otak seorang guru kepada siswa, siswa sendiri
yang harus memaknai apa yang telah
diajarkan dengan menyesuaikan
terhadap pemahamannya. Dan
salah satu penerapan konstruktivisme dalam
pembelajaran di sekolah
adalah pembelajaran metode
diskusi model jigsaw.
B.
Tinjauan
Tentang Prestasi Belajar
a.
Pengertian Belajar
Menurut
Hilgard dan Bower, dalam bukunya Theories of Learning yang dikutip oleh Purwanto mengemukakan: "Belajar berhubungan dengan tingkah laku seseorang
terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh
pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi
ini, dimana perubahan tingkah laku tidak dapat dijelaskan
atau dasar kecenderungan, respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang."
Hal lain
dikemukakan oleh Ahmad
Mudzakir dan Joko
Sutrisno bahwa:
"belajar merupakan suatu
usaha atau kegiatan
yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup
perubahan tingkah laku,
sikap kebiasaan, ilmu
pengetahuan, keterampilan, dan
lain sebagainya."
Belajar juga merupakan proses pengumpulan atau
penghafalan suatu fakta dalam bentuk informasi atau materi
pelajaran, demikianlah sebagian orang
menafsirkan arti belajar.
Menurut
Gagne yang dikutip Nurdin Ibrahim (2003) memaparkan bahwa :
Belajar sebagai
suatu perubahan dalam
disposisi atau kapabilitas manusia. Perubahan
dalam menunjukkan kinerja
(perilaku) berarti belajar
itu menentukan semua keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai yang diperoleh siswa. Dalam belajar
dihasilkan berbagai macam tingkah laku yang berlainan, seperti pengetahuan
sikap, keterampilan, kemampuan, informasi,
dan nilai.
a.
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Belajar
Menurut
Kartini Kartono (2003) kegiatan proses
belajar mengajar dipengaruhi oleh dua faktor
yaitu faktor internal dan faktor ekternal yang dapat dijabarkan lebih lanjut sebagai berikut
Faktor yang berasal dari dalam diri siswa (internal),
diantaranya meliputi:
Intelegensi ,
Bakat ,
Minat dan perhatian Kesehatan
jasmani . Cara belajar
Menurut teori diskritif Asri Budiningsih
(2004: 13) bila isi materi pelajaran diorganisasi dengan menggunakan model
elaborasi (metode), maka perolehan
belajar dan retensi (hasil ) akan meningkat
Dengan
demikian belajar akan lebih meyenangkan dan hasil belajar lebih baik jika kita
dapat menggunakan model-model atau metode yang menunjang
C. Metode Diskusi.Model Jigsaw
a.
Pengertian
Jigsaw
Jigsaw adalah suatu struktur
multi fungsi struktur kerjasama belajar. Jigsaw dapat digunakan dalam beberapa hal untuk mencapai berbagai tujuan tetapi
terutama digunakan untuk persentasi
dan mendapatkan materi baru, struktur ini menciptakan saling ketergantungan
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif teknik jigsaw adalah suatu metode pembelajaran yang ditingkatan untuk
mengembangkan keahlian dan
keterampilan setiap anggota kelompok, teknik jigsaw terdiri dari
dua bentuk diskusi yaitu diskusi kelompok ahli dan diskusi kelompok asal
sehingga dalam metode pembelajaran ini tergantung pada dan belajar dari orang
lain dan menciptakan saling ketergantungan bagi tiap anggota kelompok.
Teknik jigsaw digunakan
untuk mengembangkan keahlian dan keterampilan yang diperlukan untuk
menggolongkan aktivitas yaitu
mendengarkan, menyampaikan,
kerjasama, refleksi dan keterampilan memecahkan masalah. Metode jigsaw
adalah suatu metode
kerja kelompok untuk
belajar dan partisipasi
dalam kelompok, dengan
kegiatan sebagai berikut:
Listening
(mendengarkan), Speaking-student (berkata), Kerjasama setiap anggota . Refleksi
.
Berfikir kreatif,
Untuk pelaksanaan
pembelajaran metode diskusi model jigsaw,
langkah-langkah pokok yang dilakukan
adalah:
a.pembagian
tugas,
b. pemberian
lembar ahli,
c.
mengadakan diskusi
d.dan mengadakan kuis.
c. Peranan Guru
dalam Pembelajaran Model Jigsaw
Peranan guru dalam pembelajaran model jigsaw antara lain:
1.
Menyampaikan tujuan pembelajaran dengan jelas.
2.Menempatkan
siswa secara heterogen dalam kelompok-kelompok kecil (5-6 orang dalam setiap kelompoknya)
3. Menyampaikan tugas-tugas yang harus
dikerjakan siswa baik tugas individu maupun
tugas kelompok dengan sejelas-jelasnya.
4.Memantau
berlangsungnya kerja kelompok-kelompok kecil
yang telah dibentuk
untuk mengetahui bahwasanya kegiatan berlangsung denganlancar.
Dalam hal ini guru menyediakan kesempatan kepada siswa dengan seluas-luasnya untuk memperoleh pengalaman belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Dalam hal ini guru menyediakan kesempatan kepada siswa dengan seluas-luasnya untuk memperoleh pengalaman belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
5. Mengevaluasi
hasil belajar siswa
melalui tes tertulis.
Penilaian dilakukan terhadap proses dan hasil belajar siswa.
d.
Tujuan Teknik Jigsaw, antara lain:
1)
Menyajikan metode alternatif di samping ceramah dan membaca
2) Mengkreasi
kebergantungan positif dalam
menyampaikan dan menerima
informasi
di antara anggota kelompok untuk mendorong kedewasaan berfikir
3)
Menyediakan kesempatan berlatih berbicara dan mendengarkan untuk melatih
kognitif siswa dalam menerima dan
menyampaikan informasi.
e.Keunggulan Model jigsaw
Materi
pada sistem Koordinasi dan Alat Indra ini sangat padat dan begitu banyak
dijumpai istilah-istilah dalam bahasa latin dalam pembahasannya, oleh karena
itu dengan menggunakan metoe diskusi model jigsaw ini materi yang begitu banyak dapat
terkover seluruhnya. Setiap siswa akan berusaha menguasai materi yang diberikan
atau yang ditugaskan kepada mereka, dan sebagian lainnya akan mendengarkan
penjelasan siswa lainnya,mereka saling bertukar informasi dan berdiskusi terhadap materi yang
dubahas,
D. Peranan Metode Diskusi Model Jigsaw Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Biologi
Pada Penerapan
Metode Diskusi Model Jigsaw ini penulis setelah
melaksanakan pembelajaran kemudian mengadakan tes secara tertulis untuk melihat hasil
belajar siswa dan mengadakan observasi terhadap kemampuan siswa dalam bertanya
dan menjawab pertanyaan siswa, dan juga mengadakan wawancara terhadap beberapa
siswa mengenai metode diskusi model jigsaw ini.
Dari hasil tes
pada siklus 1 ( pertama) hasil belajar
siswa sudah mulai ada peningkatan, dibandingkan dengan kondisi awal yang sangat
rendah. Dan ketika pembelajaran mulai diterapkan ada beberapa siswa yang masih
bingung dengan dengan metode diskusi model jigsaw ini, dan hasil wawancarapun
didapat banyak siswa merasa tertarik dan senang dengan penerapan metode diskusi
model jigsaw ini.walaupun tidak semua kelompok pada saat pembelajaran
berlangsung (ketika berdiskusi) maju untuk presentasi, hanya beberapa
kelompok yang maju. Padahal penulis sudah
berusaha membangkitkan siswa untuk berbicara di depan kelas, bertanya maupun
menjawab pertanyaan.
Pada siklus ke 2, hasil belajar siswa sangat mengembirakan penulis ,hampir
semua siswa sudah tuntas hasil belajarnya atau
rataa-rata di atas standar. Hal ini terlihat jelas dari siswa yang sangat antusias dan saling berebutan untuk presentasi, bertanya maupun
menjawab pertanyaan.ketika pembelajaran ini berlangsung .
Pada siklus terakhir ini terbukti, bahwa hasil belajar siswa meningkat mencapai hasil yang diharapkan dengan menggunakan
model
jigsaw. Melalui model jigsaw ini siswa dapat belajar lebih aktif, berani presentasi di depan
kelas, berani bertanya, dan berani menjawab pertanyaan, dan dengan model jigsaw
ini dapat meningkatkan prestasi belajar siswa terutama pada pembelajaran IPA
(Biologi)
Dengan demikian penerapan
pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi model jigsaw pada mata pelajaran
IPA (Biologi) di Sekolah Menengah Pertama sangat efektif dalam meningkatkan
hasil belajar terutama pada mata
pelajaran biologi.
DAFTAR
PUSTAKA
Aronson, Elliot.
The Jigsaw Classroom,
Web Site Copyright -2006, SocialPsycology Network.
Tersedia : http://www.jigsaw.org
(13 Juli 2006) Cooper,
Robert. Improving Intergroup Relation: Lessons Learned From Cooperative
Learning Programs, Journal of Social Issues, 12/22/2000/Slavin, Robert. E.
Learning Programs, Journal of Social Issues, 12/22/2000/Slavin, Robert. E.
Bobie de Potter dan Mike Hernack
Quantum
Learning, Membiasakan belajarNyaman dan Menyenangkan, Kaifa Bandung
2008
Budiningsih,
Asri Belajar dan Pembelajaran .
Rineka Cipta Jakarta 2005
Ibrahim, Nurdin. Hasil
Belajar Fisika Siswa SLTP Terbuka ,Tanjung Sari Sumedang 2003
Kartini, Kartono Bimbingan Belajar SMA dan Perguruan Tinggi ,pta
Jakarta 2003
Masturoh, Pengaruh
Pembelajaran Cooperatif Learning Dengan model Jigsaw
Terhadap Hasil Belajar matematika, (Skripsi FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
: 2005)
Sanjaya, Wina. Pembelajaran
dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana, 2005
Syah,
Muhibbin. Psikologi Pendidikan: dengan
pendekatan baru. Bandung:PT Remaja
Rosdakarya, 2004.
Purwanto,
M. Ngalim. Psikologi Pendidikan. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2005
Zuhriyah, Pengaruh
Pembelajaran Cooperatif Learning
Dengan Teknik Jigsaw Terhadap Hasil
Belajar, (Skripsi FITK
UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta : 2005)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar